Rabu, 02 Juni 2010

.....

Aku tidak mengerti dengan apa yang ada dipikirannya, dan aku juga tidak mengerti apa yang sebenarnya dia rasakan. Akupun tidak mengerti dengan apa yang ada didalam pikiranku, yang aku mengerti hanya apa yang aku rasakan.
Kedatangannya saat itu membuatku melupakan semua kata yang telah menyakitkan hati, yang membuatku meragu apakah benar dia menginginkan aku.. kedatangannya membuatku nyaman dan selalu berpikir, apa yang bisa membuatnya bahagia saat bersamaku? Dan hasilnya, NOL. Aku seperti anak kecil yang sedang melihat pertunjukan sirkus. Hanya terpukau melihat kehadirannya. Mengikuti semua geraknya. Tak bisa menjawab pertanyaannya dengan benar. Mulut dan otakku seakan tak mau bekerja sama lagi.
Dia masih seperti dulu, dengan beberapa perbedaan yang membuatku takjub, sekaligus takut. Aku takjub dengan perubahannya yang terlihat lebih dewasa [memang dia sudah seharusnya seperti itu], rasa tanggung jawabnya, pengertiannya saat bersamaku, kecerdasannya, senyumnya, semuanya. Rasa takutku, aku tajut dengan beberapa perubahannya, aku takut [dan selalu] dia akan berpaling ke seseorang yang bisa mengimbanginya, aku takut saat dia sedang benar-benar membandingkan aku dengan wanita lain dan ternyata dia benar-benar mendapatkannya, aku takut kehilangan perhatiannya, senyumnya, setiap tingkahnya, sikapnya, semuanya. Aku takut dia tidak lagi “dia yang menyayangi aku”. Dan itulah ketakutanku, hingga dia menuliskan pesan sedang menunggu satu waktu untuk membuktikan keseriusannya. Tak satupun yang dapat aku katakan pada menit-menit pertama, air mata dan senyum bahagia mengalir tanpa aku sadar, yang dengan cepat ku seka karna aku tak ingin kelihatan cengeng didepan orang yang hanya melihatku menangis saat aku sakit atau marah karna tidak dibelikan sesuatu saat aku masih kecil. Bahagia.
Tapi entah mengapa pikiran negatif selalu menggangguku. Ingin sekali pikiran itu aku musnahkan. Tapi selalu muncul karena pengaruh apa yang selama aku kecil ku lihat.
Apa dia benar-benar menginginkan aku ataukah hanya sebuah keterlanjuran?
Apakah dia benar-benar menyayangiku ataukah hanya sebentuk rasa tak tega?
Apakah dia benar-benar mengharapkanku ataukah karena rasa sudah malas untuk memulai dari awal?
Dan masih banyak apakah apakah lainnya yang selalu muncul untuk meruntuhkan kebahagiaanku...
Tapi aku percaya pada Penciptaku, Dia tak akan mengecewakanku, aku yakin, karena Dia tahu betapa aku benar-benar mencintai dan menyayangi lelakiku. Dia tau seberapa tulus yang aku rasakan kepada lelakiku. Dan aku tau, Dia akan menjawab semua pertanyaanku dengan satu kalimat “hilangkanllah kata ataukah, karena dia benar-benar”.
Aku yakin Tuhan akan membuatku tersenyum kelak, karena aku bisa selalu menggenggam tangannya, memeluknya, menyayanginya, mengabdi untuknya, sampai Tuhan memanggil kami berdua. Amin...